DWI ASRI.. 04.07.1706

Author: mbah jito OK la..yaw // Category:
Solutio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. (Arif Mansjoer. Kapita Selekta edisi 3 jilid 1, Media Aeskulapius. 2001).
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. (Prof. Dr. Hanifa Wikryosastro. Ilmu Kebidanan Jakarta. PT Gramedia. 1992 ).
Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korpus uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala III. (Dr. Chrisdiono. M. Achadiat,SP.2003)
Solutio Plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak. (Obstetri dan Ginekologi, FKU Padjadjaran Bandung, 1984)

Nama lain dari Solutio Plasenta adalah:
  • Abrupsio Plasenta
  • Ablasio Plasenta
  • Accidental Haemorarrhge
  • Premature Separation Of The Normally Implanted Placenta
Etiologi Solutio Plasenta
Sebab primer Solutio Plasenta belum jelas, tapi diduga bahwa hal-hal tersebut dapat disebabkan karena:
1.    Hipertensi dalam kehamilan (penyakit hipertensi menahun, preeklamsia, eklamsia)
2.    Multiparitas, umur ibu yang tua
3.    Tali pusat pendek
4.    Uterus yang tiba-tiba mengecil (hidramnion, gemelli anak ke-2)
5.    Tekanan pads vena cava inferior
6.    Defisiensi gizi, defisiensi asam folat
7.    Trauma
Disamping itu ada pengaruh:
1.    Umur lanjut
2.    Multi Paritas
3.    Defisiensi ac. Folicum
4.    Defisiensi gizi
5.    Merokok
6.    Konsumsi alkohol
7.    Penyalahgunaan kokain
Patofisiologi Solutio Plasenta
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina; atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karana syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya berakibat fatal.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya Solutio plasenta sampai selesai, makin hebat umumnya komplikasinya
Manifestasi Klinis Solutio Plasenta
1.    Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri di perut yang terus menerus, wama darah merah kehitaman.
2.    Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus enbois, wooden uterus).
3.    Palpasi janin sulit karena rahim keras
4.    Fundus uteri makin lama makin naik
5.    Auskultasi DJJ sering negatif
6.    KU pasien lebih buruk dari jumlah darah yang keluar
7.    Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)
8.    Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan
Pembagian Solutio Plasenta
Plasenta yang terlepas semuanya disebut Solutio Plasenta Totalis. Plasenta yang terlepas sebagian disebut Solutio Plasenta Parsial. Plasenta yang terlepas hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut Ruptura Sinus Marginalis. Solutio Plasentadibagi menjadi 3:
a.Solutio Plasenta ringan
  • tanpa rasa sakit
  • pendarahan kurang dari 500cc warna akan kehitam-hitaman
  • plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
  • fibrinogen diatas 250mg %
b.Solutio Plasenta sedang
  • Bagian janin masih teraba
  • Pendarahan antara 500-100cc
  • Terjadi fetal distress
  • Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
c.Solutio Plasenta berat
  • abdomen nyeri,palpasi janin sukar
  • janin telah meninggal
Komplikasi Solutio Plasenta
1.    Pendarahan dan syok
2.    Hypofibrinogenaemi
3.    Apoplexi uteroplasentair (uterus couvelaire)
4.    Gangguan faal ginjal
Pemeriksaan Penunjang
1.    Laboratorium Hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu protrombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen, gen elektrolit plasenta. CBC, C T, BT, Elektrolit(bila perlu).
2.    Keadaan janin Kardiootokografi, Doppler, Laennec.
3.    USG Menilai letak plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin secara keseluruhan.
Penatalaksanaan Solutio Plasenta
a. Konservatif
  • Hanya untuk Solutio plasenta derajat ringan dan janin masih belum cukup bulan, apalagi jika janin telah meninggal.
  • Transfusi darah (1x24 jam) bila anemia (HB kurang dari 10,0%).
  • Apabila ketuban telah pecah, dipacu dengan Oksitosin 10 IU dalam larutan Saline 500cc, kemudian ditunggu sampai lahir pervaginan.
  • Bila 1 botol tersebut belum lahir,ulangi dengan 1 botol lagi dan ditunggu sampai lahir. Dengan langkah ini biasanya sebagian besar kasus dapat diselesaikan dengan baik (90%), sedangkan bagi yang gagal dapat dilakukan SC emergency.
b. Pengobatan
1). Umum
  • pemberian darah yang cukup
  • pemberian O2
  • pemberian antibiotik
  • pada syok yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi.
2). Khusus
a). Terhadap hypofibrinogenaemi
  • substansi dengan human fibrinogen 10 g atau darah segar.
  • menghentikan fibrinolyse dengan trasylol ( proteinase inhibitor) 200.000 S i.v. selanjutnya kalau perlu 100.000 S/jam dalam infus.
b). Untuk merangsang diurese : Mannit, Mannitol diurese yang baik lebih dari 30-40cc/jam.
Pada Solutio plasenta darah dari tempat pelepasan, mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding rahim dan pada akhirnya keluar dari serviks. Terjadilah pendarahan keluar atau pendarahan nampak.
Kadang darah tidak keluar tetapi berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasentair.pendarahan ini disebut pendarahan kedalam atau pendarahan tersembunyi
Pendarahan juga dapat terjadi keluar tetapi sebagian masuk kedalam ruang amion, terjadilah pendarahan keluar dan tersembunyi.
Perbedaan Solutio plasenta dengan Pendarahan tersembunyi dan pendarahan keluar :
Pendarahan tersembunyi
  • Pelepasan biasanya komplit 
  • sering disertai toksemia
  • hanya merupakan 20% dari Solutio plasenta
Pendarahan keluar
  • Biasanya inkomplit
  • jarang disertai toxaemia
  • merupakan 80% dari Solutio plasenta
Perbedaan Solutio plasenta dengan plasenta previa:
Solutio Plasenta
  • Pendarahan dengan nyeri
  • pendarahan segera disusul partus
  • pendarahan keluar hanya sedikit
  • palpasi sukar 
  • bunyi jantung anak biasanya tidak ada
  • pada toucher tidak teraba plasenta tapi ketuban yang terus menerus tegang
  • ada impresi pada jaringan plasenta karena hematom
Plasenta Previa
  • Pendarahan tanpa nyeri
  • pendarahan berulang-ulang sebelum partus
  • pendarahan keluar banyak 
  • bagian depan tinggi
  • biasanya ada bunyi jantung
  • teraba jaringan plasenta 
  • robekan selaput marginal
3). Obstetris
Pimpinan persalinan pada Solutio plasenta bertujuan untuk mempercepat persalinan sedapat-dapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam.Alasan ialah:
  • bagian yang terlepas meluas
  • pendarahan bertambah
  • hypofibrinogaenami menjelma dan bertambah
Tujuan ini dicapai dengan:
a. Pemecahan ketuban
Pemecahan ketuban pada Solutio plasenta tidak bermaksud untuk menghentikan pendarahan dengan segera tetapi untuk mengurangi regangan dinding rahim dan dengan demikian mempercepat persalinan.
b. Pemberian infus pitocin ialah 5s dalam 500cc glukosa 5%.
c. SC dilakukan
  • kalau serviks panjang dan tertutup
  • kalau setelah pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum juga his.
  • kalau anak masih hidup
d. Hysterektomi dilakukan kalau ada atonia uteri yang berat yang tidak dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim.


Label : Phone Cell Wallpapers Game Phone Free Games Free car body design

MIRZA ATTIN FIRASTI.. 04.07.1723

Author: mbah jito OK la..yaw // Category:


ASKEP PLACENTA PREVIA

   Pengertian
a.   Ante  Partum  Bleeding  (APB)  / perdarahan ante partum adalah  perdarahan  yang  terjadi  setelah  kehamilan  28  minggu.
Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya dari pada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. Klasifikasi APB
-    Bersumber dari kelainan placenta
Palcentra previa
Solutio placenta
APB  yang  belum  jelas  sumbernya;  insersio  velamentosa  roptum  sinus  marginalis, plasenta sirkum vakita
-    Tidak  bersumber  dari  kelainan  placenta,  biasanya  tidak  begitu  berbahaya,  misal;  kelainan servix dan vagina (polip, erosio, varises yang pecah) serta trauma.
b.   Placenta Previa adalah keadaan dimana placenta berimplantasi pada tempat abnormal yakni pada segmen  bawah  rahim,  sehingga  menutupi  sebagian  atau  seluruh  pembukaan  jalan/ostium  uteri internal (OUI)
Klasifikasi  Placenta  Previa;  yang  pasti  belum   ada  kata  sepakat,  karena  pembagian  tidak berdasarkan  keadaan  anatomi  melainkan  keadaan  fiosiologik  yang  berubah-rubah.  Klasifikasi tersebut terdiri dari;
-    Palcenta  previa  sentralis/totalis;  bila  pada  pembukaan  4-5  cm  teraba  placenta  menutupi selutuh ostea.
-    Palcenta previa lateralis; bila pada pembukaan sebagian 4-5 cm ditutupi oleh placenta.
Palcenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian belakang. Palcenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian depan.
Palcenta previa marginalis; bila sebagian kecil/hanya pinggir ostea yang ditutupi placenta
Klasifikasi menurut Buku AS
-    Palcenta previa totalis; bila seluruh ostea ditutupi oleh placenta
-    Palcenta previa partialis; bila sebagian ostea ditutupi oleh placenta
-    Palcenta letak rendah/low lying placenta; bila pinggir placenta berada 3-4 cm di atas pinggir pembukaan. Pada periksa dalam tidak teraba.
Klasifikasi menurut Browne
-    Tingkat  1:  lateral  palcenta  previa;  bila  pinggir  bawah  palcenta  berinsersi  sampai  ke  SBR, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan
-    Tingkat 2: marginal palcenta previa; bila placenta mencapai pinggir pembukaan ostea
-    Tingkat 3: complete palcenta previa; bila placenta menutupi ostea waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
-    Tingkat  4: central placenta previa: bila placenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkappun.
2.   Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui dengan jelas. Faktor-faktor yang dikemukakan:
a.   Endometrium yang inferior
b.   Chorion leaves yang persistent
c.   Corpus luteum yang bereaksi lambat
Strassman    mengatakan     bahwa    faktor    terpenting     adalah    vasfolarisasi      yang    kurang     pada decidua~atropi dan peradangan
3.   Faktor-faktor Etiologi
a.   Umur dan paritas
-    Pada primigravida umur >35 tahun lebih sering dibandingkan umur < 25 tahun
-    Pada multipora lebih sering
b.   Endometrium hipoplastis: kawin dan hamil umur muda.
c.   Endometrium  bercacat  pada  bekas  persalinan  berulang-ulang,  bekas  operasi,  curettage,  dan manual placenta.
d.   Corpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
e.   Adanya tumor; mioma uteri, polip endometrium.
f.    Kadang-kadang pada malnutrisi
4.   Diagnosa dan gambaran klinis
a.   Anamneses
-    Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III
-    Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
-    Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rectal.
-    Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan
placenta. b.   Inspeksi
-    Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
-    Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
c.   Palpasi abdomen
-    Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
-    Sering dijumpai kesalahan letak
-    Bagian   terbawah   janin   belum   turun,   apabila   letak   kepala   biasanya   kepala   masih
goyang/floating.
5.   Pengaruh Placenta Previa terhadap kehamilan
a.   Karena terhalang oleh placenta maka bagian terbawah janin tidak dapat masuk PAP. Kesalahan- kesalahan letak; letak sunsang, letak lintang, letak kepala mengapung.
b.   Sering  terjadi  partus  prematur;  rangsangan  koagulum  darah  pada  servix,  jika  banyak  placenta
yang lepas kadar progesterone menurun dan dapat terjadi His, pemeriksaan dalam.
6.   Pengaruh Placenta Previa terhadap partus
a.   Letak janin yan tidak normal; partus akan menjadi patologis
b.   Bila pada placenta previa lateralis; ketuban pecah/dipecahkan dapat terjadi prolaps funkuli
c.   Sering dijumpai insersi primer d.   Perdarahan.
7.   Komplikasi Placenta Previa
Prolaps  tali  pusat,  prolaps  placenta,  pacenta  melekat  sehingga  harus  manual  dan  kalau  perlu
dibersihkan dengan kerokan, robekan-robekan jalan lahir karena tindakan, perdarahan post partum, infeksi karena perdarahan, bayi prematur/kelahiran mati.
8.   Penanganan (pasif)
a.   Tiap perdarahan triwulan  III  yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit tanpa
dilakukan suatu manipulasi/UT.
b.   Apabila  perdarahan  sedikit,  janin  masih  hidup,  belum  inpartus,  kehamilan  belum  cukup  37 minggu/berat  badan  janin  kurang  dari  2.500  gram  persalinan  dapat  ditunda  dengan  istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi teliti.
c.   Siapkan  darah  untuk  transfusi  darah,  kehamilan  dipertahankan  setua  mungkin  supaya  tidak prematur
d.   Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Masalah Keperawatan:                                                         Masalah Kolaborasi:
§Kekurangan cairan- Kekurangan Cairan
§Distres janin
§Potensial terjadi shock
§Gangguan ADL
§Cemas
Pemeriksaan Diagnostik:
§Darah lengkap, USG
§Hasil; Hb: 9,6   PVC: 30,0Trombosyt: 243.000
§    Hasil  USG:  Tampak  janin  T/H  letak  lintang,  kepala  BPD=  83,5  sesuai  kehamilan  33  minggu, Placenta di SBR belakang meluas sampai menutupi Osteum Uteri Internum Grade II
Diagnosa Keperawatan:
1.   Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
2.   Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta.
3.   Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
4.   Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas yang terbatas.
5.   Gangguan  psikologis  cemas  sehubungan  dengan  kurangnya  pengetahuan  tentang  kehamilan  yang bermasalah.
Intervensi:
Dx 1: Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
a. Kaji tentang banyaknya pengeluaran caiaran (perdarahan). b. Observasi tanda-tanda vital.
c. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
d. Pantau kadar elektrolit darah.
e. Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
f.  Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak minum.
g. Kolaborasi dengan dokter sehubungan dengan letak placenta.
Dx 2: Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta.
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Monitor perdarahan dan status janin. c. Pertahankan hidrasi.
d. Pertahankan tirah baring.
e. Persiapkan untuk section caesaria .
Dx 3: Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
a. Observasi tanda-tanda terjadinya shock hipolemik.
b. Kaji tentang banyaknya pengeluaran cairan (perdarahan).
c. Observasi tanda-tanda vital.
d. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
e. Pantau kadar elektrolit darah.
f.  Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
g. Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak minum.
Dx 4: Ganguan pemenuhan  kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas yang terbatas.
a. Berikan penjelasan tentang pentingnya personal hygiene
b. Berikan motivasi untuk tetap menjaga personal hygiene tanpa melakukan aktivitas yang berlebihan
c. Beri sarana penunjang atau mandikan klien bila klien masih harus bedrest
Dx 5: Gangguan      psikologis cemas      sehubungan dengan      kurangnya  pengetahuan tentang kehamilan yang bermasalah..
a. Beri dukungan dan pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan pemahaman dan  kerja  sama  dengan  tetap  memberikan  informasi  tentang  status  janin,  mendengar  dengan penuh perhatian, mempertahankan kontak mata dan berkomunikasi dengan tenang, hangat dan empati yang tepat.
b. Pertahankan  hubungan  saling  percaya  dengan  komunikasi  terbuka.  Hubungan  rasa  saling percaya   terjalin   antara   perawat   dan   klien   akan   membuat   klien   mudah   mengungkapkan perasaannya dan mau bekerja sama.
c. Jelaskan  tentang  proses  perawatan  dan  prognosa  penyakit  secara  bertahap.  Dengan  mengerti tentang proses perawatan dan prognosa penyakit akan memberikan rasa tenang.
d. Identifikasi koping yang konstruksi dan kuatkan. Dengan identifikasi dan alternatif koping akan membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya.
e. Lakukan kunjungan secara teratur untuk memberikan support system. Dengan support system akan membuat klien merasa optimis tentang kesembuhannya.
Daftar Bacaan:
Diknakes RI. (1993) Asuhan Kebidanan Pada Perawatan Payudara Dalam Konteks Keluarga, Depkes
RI, Jakarta.
FK-Unpad. (1984) Obstetri Patologi, Elstar offset, Bandung
Hamilton, Persis Mary. (1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. (1986) Ilmu Kebidanan¸ Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Rustam. (1988) Sinopsis Obstetri, Jakarta

Label : Phone Cell Wallpapers Game Phone Free Games Free car body design