asuhan keperawatan pada pasien dengan hernia

Author: mbah jito OK la..yaw // Category:
Nama : Anak Agung Ayu Mirah Anggreni
Nim : 04.07.1699


A. Pengertian
Secara umum hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi atau rongga dari berbagai organ internal melalaui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut (griffith,1994).

Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup. hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/sebagian dari organ melalui lubang pada struktur disekitarnya.

Hernia Inguinalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada kanalis ingunal (lipatan paha) . Operasi hernia adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengembalikan isi hernia pada posisi semula dan menutup cincin hernia.


B.KLASIFIKASI

1. Menurut Letaknya

a. Inguinalis ada dua yaitu hernia inguinal lateralis dan hernia inguinal medialis.
Hernia Inguinal Lateralis adalah terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria. Hernia ini dapat menjadi besar dan sering turun ke skrotum.

Hernia Inguinal Medialis adalah melewati dinding abdomen di are kelemahan otot. Ini umum terjadi pada lansia. Secara bertahap terjadi apada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital

b. Femoral :hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita . ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung

c. Umbilikal : hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal . ini biasanya terjadi klien gemuk dan wanita multipara .

d. incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah


2. Menurut terjadinya

a. Hernia bawaan atau kongenital
patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis ; kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. pada bulan ke 8 kehamilan , terjadi desensus testis melalui kanal tersebut . penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang di sebut dengan prosesus vaginalis peritonei .

b. Hernia dapatan atau aquisita

3. Menurut sifatnya

a. Hernia reponibel yaitu apabila isi hernia dapat keluar masuk. usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaringatau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeriatau gejala obstruksi usus

b. Hernia iropenibel yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). tidak ada keluhan nyeri atau pun tanda sumbatan usus.

c. Hernia strangulata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia . Hernia strangulata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia ini mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.



C. ETIOLOGI
a. Hernia Inguinalis / Congenital
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali
kongenital atau karena sebab yang didapat. Lebih banyak
pada pria ketimbang pada wanita. Faktor yang dipandang
berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut (karena
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat,
mengejan pada saat defekasi dan miksi misalnya akibat
hipertropi prostat) dan kelemahan otot dinding perut karena
usia.
Adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan
penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor
lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar. Tekanan
intraabdominal yang meninggi secara kronik seperti batuk
kronik, hipertropi prostat, konstipasi dan ansietas sering
disertai hernia inguinalis.
Secara patofisiologi hernia inguinalis adalah prolaps
sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan
menutup yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi
bila usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai
darah ke kantong skrotum, kemudian akan mengalami nyeri
dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik
abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah)
Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 7
Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n.ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah
apendiktomi.
Processus vaginalis peritoneum persisten
Testis tidak samapi scrotum, sehingga processus tetap
terbuka
Penurunan baru terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran,
sehingga processus belum sempat menutupdan pada
waktu dilahirkan masih tetap terbuka
Predileksi tempat: sisi kanan karena testis kanan
mengalami desensus setelah kiri terlebih dahulu.
Dapat timbul pada masa bayi atau sesudah dewasa.
Hernia indirect pada bayi berhubungan dengan
criptocismus dan hidrocele
b. Hernia Femoralis
Umumnya dijumpai pada wanita tua, kejadian pada
perempuan kira-kira 4 kali laki-laki. Pintu masuk hernia
femoralis adalah anulus femoralis. Secara patofisiologis
peninggian tekanan intra abdominal akan mendorong lemak
pre peritoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi
pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya
adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan
ikat karena usia lanjut.
Ada factor predisposisi
Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa
Pada orang tua karena degenerasi/atropi
Tekanan intra abdomen meningkat
Pekerjaan mengangkat benda-benda berat
Batuk kronik
Gangguan BAB, missal struktur ani, feses keras
Gangguan BAK, mis: BPH, veskolitiasis
Sering melahirkan: hernia femoralis (karisyogya.blog.m3-
access.com).


D. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami
pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat
sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batukyang
kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu
tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin
disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup
kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi
kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian
terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan
kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan
kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami
kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan
dapat menyebabkan ganggren.


E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Terapi konservatif/non bedah meliputi :
 Pengguanaan alat penyangga bersifat
sementara seperti pemakaian sabuk/korset pada
hernia ventralis.
 Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan
Hernia inkaseata yang tidak menunjukkan gejala
sistemik.
Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 9
2) Terapi umum adalah terapi operatif.
3) Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasi
herniografi efektif.
4) Jika suatu operasi daya putih isi Hernia diragukan, diberikan
kompres hangat dan setelah 5 mennit di evaluasi kembali.
5) Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat
sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding
perut setempat.
6) Teknik hernia plastik, endoskopik merupakan pendekatan
dengan pasien berbaring dalam posisi trendelernberg 40 OC.
7) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri,
misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi,
dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
8) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi,
kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein
untuk mempercepat sembelit dan mengadan selama BAB,
hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang
dapat memperburuk gejala-gejala.
9) Hindari aktivitas-aktivitas yang berat.


F. KOMPLIKASI
 Hernia berulang,
 Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien
laki-laki,
 Pendarahan yang berlebihan / infeksi lluka bedah,
 Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
 Setelah herniografi dapat terjadi hematoma,
 Fostes urin dan feses,
 Residip,
 Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.


G. MANAGEMEN KEPERAWATAN
A).Pengkajian
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah
meliputi :
o Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema
pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis
vascular (peningkatan risiko pembentukan
trombus).
o Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ;
factor-faktor stress multiple, misalnya financial,
hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan
ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
o Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk
obesitas) ; membrane mukosa yang kering
(pembatasan pemasukkan / periode puasa pra
operasi).
o Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
o Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan,
plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker
terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit
hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan
dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse
Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 11
darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ;
demam.
o Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid,
antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau
obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol
(risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi
koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial
bagi penarikan diri pasca operasi).
B).Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
Periode post-operatif (Doenges, 1999).
o Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
o Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi
bedah/operasi.
o Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post
operasi.
o Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum.

Diagnosa perawatan Post Operasi (Doengoes 1999)

1).Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil : - klien mengungkapkan rasa nyeri
berkurang
- tanda-tanda vital normal
- pasien tampak tenang dan rileks
INTERVENSI
- pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala
nyeri
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam
melakukan tindakan keperawatan.
- Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
- Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan
mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan
membuat perasaan lebih nyaman
- Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri
sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
2).Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi
bedah/operasi.
Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
- luka bersih tidak lembab dan kotor.
- Tanda-tanda vital normal
Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 13
INTERVENSI
- Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar
kemungkinan adanya gejala infeksi karena tubuh
berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang
masuk maka terjadi peningkatan tanda vital.
- Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptik
mencegah risiko infeksi.
- Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti
infus, kateter, drainase luka, dll.
Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi
nosokomial.
- Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk
pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlah
leukosit dari normal membuktikan adanya tanda-tanda
infeksi.
- Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen.
3).Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post
operasi.
Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil : - pasien mengungkapkan kemampuan
untuk tidur.
- pasien tidak merasa lelah ketika bangun
tidur
- kualitas dan kuantitas tidur normal

INTERVENSI
1) Mandiri
a) Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur
sejenak, anjurkan latihan pada siang hari, turunkan
aktivitas mental / fisik pada sore hari.
Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang
lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang
terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang
meningkatkan waktu tidur.
b) Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara terus
menerus
Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan
agitasi dan menghambat waktu istirahat.
c) Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai
perkembangan hari demi hari.
Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan
tingkah laku yang tidak kooperatif (sindrom
sundowner) dapat melanggar pola tidur yang
mencapai tidur pulas.
d) Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur.
Katakan pada pasien bahwa saat ini adalah waktu
untuk tidur.
Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan
mempertahankan kestabilan lingkungan. Catatan :
Penundaan waktu tidur mungkin diindikasikan untuk
memungkin pasien membuang kelebihan energi dan
memfasilitas tidur.
e) Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi
dan masase punggung.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan
mengantuk
Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 15
f) Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan
berkemih sebelum tidur.
Rasional : Menurunkan kebutuhan
akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih
selama malam hari.
g) Putarkan musik yang lembut atau ”suara yang
jernih”
Rasional : Menurunkan stimulasi
sensori dengan menghambat suara-suara lain dari
lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur
nyeyak.
2) Kolaborasi
a) Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti
amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan) dan
trasolon (Desyrel).
Rasional : Mungkin efektif dalam menangani
pseudodimensia atau depresi, meningkatkan
kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat
mencetuskan dan memperburuk kognitif dalam efek
samping tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang
membatasi manfaat yang maksimal.
b) Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).
Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis
rendah mungkin efektif dalam mengatasi insomia
atau sindrom sundowner.
c) Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).
Rasional : Bila digunakan untuk tidur, obat ini
sekarang dikontraindikasikan karena obat ini
mempengaruhi produksi asetilkon yang sudah
dihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.
4). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk
melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak
lainya baik.

INTERVENSI
 Rencanakan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan,
dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas
seperlunya secar optimal.
 Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu
proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat
tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
 Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan
sesuai kebutuhan.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai
kekuatan pasien pulih kembali.
 Setelah latihan dan aktivitas kaji respons
pasien.
Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons
abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan


DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3.
EGC, Jakarta.
Diambil dari http:// andisetiadi.blogspot.com/2008/03/hernia asuhan
keperawatan
Diambil dari http:// khaidirmuhaj. Blogspot.com/2008/12/askephernia
Diambil dari http :// perawat psikiatri. Blogspot.
Com/2009/03/asuhan – keparawatan-pada-klien-denganhepatitis.
html


Label : Phone Cell Wallpapers Game Phone Free Games Free car body design

0 Responses to "asuhan keperawatan pada pasien dengan hernia"

Posting Komentar