Author: mbah jito OK la..yaw // Category:

Bakti Endharto Yora
04.07.1702

PPOK, Penyakit yang Perlu
Diwaspadai Perokok

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) perlu diwaspadai mereka yang memiliki kebiasaan merokok. Soalnya, selama ini PPOK belum banyak diketahui masyarakat, padahal hampir 80 persen perokok dipastikan bakal mengalami PPOK.

Penderita PPOK umumnya mengalami batuk dan sesak napas serta terjadi secara berulang-ulang, yang memberikan gejala klinis kronis (menahun) dan perlahan-lahan semakin lama semakin bertambah berat.

"Angka penderita PPOK di Indonesia sangat tinggi. Banyak penderita PPOK datang ke dokter saat penyakit itu sudah lanjut. Padahal, sampai saat ini belum ditemukan cara yang efisien dan efektif untuk mendeteksi PPOK," kata guru besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Prof Dr dr Suradi P(K) MARS kepada wartawan, Selasa (6/3).

Suradi mengungkapkan, ada dua bentuk utama PPOK, yaitu bronkitis kronis dan emfisema paru. Yang disebut bronkitis kronis adalah keradangan saluran napas kronis yang ditandai dengan gejala batuk berdahak minimal tiga bulan dalam setahun dan sekurang-kurangnya dua tahun berturut-turut.

Sementara emfisema paru merupakan pelebaran alveoli (gelembung udara paru) yang disertai dengan kerusakan dinding (septum interalveoler). Sehingga, beberapa gelembung paru menyatu (over inflasi), yang akan mengakibatkan keluhan sesak napas menetap dan mempunyai kecenderungan semakin lama semakin berat.

"Gangguan pernapasan kronik PPOK ini secara progresif memperburuk fungsi paru dan membuat aliran udara jadi terbatas, khususnya saat mengeluarkan napas. Serta bisa terjadi komplikasi gangguan pernapasan dan jantung," katanya lagi.

Bahkan, yang lebih parah lagi, jika penyakit bertambah buruk, dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan bisa menyebabkan kehilangan kualitas hidup.

Menurut Dr Suradi, penyakit PPOK di Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai penyakit yang menyebabkan kematian. Sementara data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada tahun 2010 diperkirakan penyakit ini akan menempati urutan ke-4 sebagai penyebab kematian. "Pada dekade mandatang akan meningkat ke peringkat ketiga. Dan kondisi ini tanpa disadari, angka kematian akibat PPOK ini makin meningkat," ujarnya.

Menurut Dr Suradi pula, pengobatan terhadap penyakit ini tidak akan bisa menyembuhkan 100 persen. Sedangkan pengobatan berupa suportif paliatif hanya untuk memperbaiki hidup. Sementara untuk harga obat, bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dari obat TBC. Selain itu, obat-obatan tersebut juga harus dikonsumsi seumur hidup. (Endang Kusumastuti)

Sumber:suarakarya.com
Label : Phone Cell Wallpapers Game Phone Free Games Free car body design

0 Responses to " "

Posting Komentar