Merawat Tracheostomi

Author: mbah jito OK la..yaw // Category:

Bakti Endharto Yora
04.07.1702

adalah tindakan membuat lubang saluran nafas ke dunia luar. Tindakan ini sangat penting karena bertujuan untuk menjamin aliran jalan nafas tetap paten. Ada beberapa indikasi tracheostomi, antara lain cedera otak berat (COB), tumor leher dan mulut yang besar, patah tulang wajah multiple dan lain sebagainya. Namun bila tracheostomi sudah terpasang, bukan berarti jalan nafas penderita akan aman, karena ancaman dari komplikasi pemasangan tracheostomi yang mengancam jiwa tetap ada.

Untuk pasien-pasien di bangsal Flamboyan (RSU. Dr. Soetomo-Surabaya) sebagian besar atas indikasi prolong ventilator dan bronkial toilet karena cedera otak berat (COB). Pada cedera otak berat reflek batuk penderita akan menurun sementara sekret terus diproduksi dan akan menyebabkan penumpukan yang dapat menyumbat saluran nafas. Pada pasien dengan produksi sekret yang masih banyak penting diperhatikan adalah bahaya pluging yaitu terjadinya sumbatan nafas secara mendadak akibat sekret yang menumpuk atau menggumpal. Komplikasi lain yang sering terjadi adalah infeki paru-paru (pneumonia) akibat perawatan yang kurang baik. Luka tracheostomi merupakan port dientry yang baik untuk masuknya kuman, karena itu sekret yang ada harus dibersihkan segera agar lingkungan menjadi tidak kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya kuman.

Tindakan perawatan tracheostomi meliputi :

1. Perawatan luka tracheostomi
2. Nebulisasi berkala
3. Suction aktif
4. Fisioterapi dada

1. Perawatan Luka Tracheostomi

Perawatan luka tracheostomi meliputi mengganti kassa, membersihkan kanul, perawatan luka, dan menutup luka. Idealnya perawatan 1 – 2 kali/hari tergantung kondisi dari luka tersebut.

Langkah- langkahnya sebagai berikut :

- Dengan memakai handcoen steril buka kassa tracheostomi dengan pinset

- Bersihkan kanul trachesotomi dengan kassa steril yang telah dibasahi dengan PZ (NaCL 09 %) hingga bersih.

- Bersihkan luka tracheostomi dan sekitarnya dengan kassa basah seperti langkah sebelumnya.

- Bila pita tracheostomi sudah kotor ganti dengan yang baru

- Selanjutkan tutup luka tracheostomi dengan kassa yang sudah dibasahi dengan antiseptik (biasanya dengan betadin/hemolok®) melingkari luka tracheostomi

2. Nebulisasi

Tujuan nebulisasi adalah untuk mengencerkan sekret/dahak di saluran nafas dan paru-paru dengan menggunakan uap hangat sehingga mudah dikeluarkan. Uap hangat dihasilkan dari cairan PZ (NaCl 0,9%) yang telah diproses dalam nebulator. Bila perlu dapat ditambahkan dengan ventolin sebagai bronkodilator. Idealnya Nebulisasi dilakukan tiap 6 jam bila perlu sampai tiap 4 jam selama 10-15 menit.

3. Suction

Untuk mencegah terjadinya penumpukan sekret dan ancaman pluging, setiap pasien dengan trakeostomi perlu dilakukan suction untuk menyedot sekret yang menempel di kanul tracheostomi

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

- Terlebih dulu buka anak kanul trakeostomi

- Gunakan suction kateter dengan diameter sedikit lebih kecil dari besar kanul

- Masukkan suction secara pelan-pelan sedalam panjang kanul

- Lakukan suction dengan menutup lubang kontrol sambil mengeluarkannya secara pelan-pelan dengan berputar

- Suction adalah tindakan menjemput sekret jadi perlu dilakukan secara gentle dan hati-hati untuk mencegah iritasi saluran nafas, jangan terlalu agresif dengan memsukan suction kateter terlalu dalam.

- Sementara itu, bersihkan anak kanul dengan saflon, lalu basuh dengan cairan PZ agar efek iritatif saflon hilang, lalu keringkan atau bersihkan dengan kassa kering steril.

- Setelah selesai, jangan lupa pasang kembali anak kanul untuk mencegah pluging

- Lakukan suction aktif mininimal setiap 1 jam terutama pada pasien-pasien dengan resiko plugging yang tinggi

4. Fisioterapi Dada

Tindakan yang bertujuan meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional seoptimal mungkin dengan aplikasi modalitas fisioterapi (aktinoterapi, elektroterapi, exercise therapy). Untuk di bangsal Flamboyan yang bisa kita lakukan adalah dengan exercise therapy.

Exercise therapi meliputi :

a. Postural drainage / posisi pengasatan

Adalah teknik alih-alih posisi dengan pengaturan derajad kemiringan yang bertujuan mengalirkan sputum yang terkumpul pada area paru. Dimana seorang dokter/fisioterapis harus mampu melakukan auskultasi pada seluruh lapang paru yang bertujuan untuk menentukan lokasi sputum yang terkumpul, sehingga dapat menentukan metode postural drainagenya. Teknik ini bisa dikombinasikan dengan clapping / tapping / perkusi manual yang bertujuan melepaskan mukosa dari saluran napas dan menstimulasi aktivasi mucocilliary clearance. Teknik ini hanya digunakan untuk pasien tanpa komplikai & produksi sputum banyak (Pavia, 1990).

Teknik Perkusi dada :

1. Buka baju/penutup seluruh lapangan dada pasien
2. Lakukan auskultasi dan tentukan lapangan paru-paru yang mengalami kelainan (redup)
3. Dengan memakai sarung tangan tangkupkan telapak tangan seperti kura-kura agar tidak menyakiti pasien
4. Lakukan perkusi secara gentle tidak terlalu pelan namun tidak terlalu keras.
5. Lakukan beberapa kali setelah itu periksa kembali dengan auskutasi.

b. Latihan batuk efektif

Berfungsi mengeluarkan sekresi ( Stari, 1992 ).

c. Huffing

Adalah teknik mengeluarkan dahak yang efektif. Merupakan manufer ekspirasi paksa yang dilakukan dengan glottis terbuka.

d. Breathing exercise (BE)

- Deep BE

Merupakan bagian dari teknik BE yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang bertujuan :

a) Merangsang terbukanya system kolateral.

b) Meningkatkan distribusi ventilasi.

c) Meningkatkan volume paru

d) Memfasilitasi pembersihan saluran napas ( Jenkins, 1996 )

- FET ( Forced Expiratory Technique)

Adalah teknik membersihkan sputum dari saluran napas yang merupakan modifikasi Deep BE + Huffing (Goocelink, 1989).

- ACBT (Active Cycle Breathing Technique)

Adalah teknik latihan napas yang dikombinasi dengan mobilisasi sangkar thoraks lebih ke tujuan rileksasi general ( Webber, 1998 ).

Menurut pengalaman yang saya dapat selama merawat pasien-pasien dengan tracheostomi selama 3 bulan di bangsal flamboyan, kematian pasien-pasien COB dengan tracheostomi sebagian besar bukanlah karena penyebab primernya (COB) namun karena komplikasi dari pemasangan tracheostomi seperti pneumonia, atelektasis paru, dan plugging (asumsi penulis, masih perlu adanya observasi untuk pembuktian). Untuk itu jangan sekali-sekali kita meremehkan perawatan tracheostomi, karena perawatan tracheostomi tidak semudah yang kita bayangkan, perlu ketekunan, kesabaran, dan tentunya ilmu dan ketrampilan serta niat dan motivasi untuk menolong pasien bukan karena ada visite besar.

Sumber :
http://afvantrikurniawan.com/surgery-articles/head-and-neck-surgery/bagaimana-merawat-tracheostomi
Label : Phone Cell Wallpapers Game Phone Free Games Free car body design

0 Responses to "Merawat Tracheostomi"

Posting Komentar